Kamis, 05 Desember 2013

Puisi Reliji


ASAKU
Oleh Wahyudin

Kepadamu kubawa secuil asa
asa yang terus membelenggu jiwa
jiwa yang terus meronta-ronta
karna egoku yang tak pernah berakhir sudah...

Kuhanya bisa menangis di kesunyian malam
menangis tanpa deraian air mata
meratapi perjalanan.........
dalam lembaran hariku.

Biar kukabarkan resah ini
pada semilir angin malam
agar mengirimkannya pada sang Ilahi Rabbi.

BANGKIT
Oleh Hasan Basri

Sapu Lidi Nancap ke Bumi
Dalam Tiga Hempasan Meleleh Bongkahan Karang
Daun Berguguran Berserakan, 
Ambil Satu diantara yang Panjang
Jadikan Kalam
Dibawah Kening Atas Alis
Tulis Lam-Alif
Mengalir Bersama Rasa Dalam Jiwa
Luluh Bersatulah
Rendam Hurufmu
Sebelum Mentari Meninggalkanmu
Pelitamu Redup Terseret Waktu
SuaramuTak Lagi Memecahkan Kaca
Hingga Kata Demi Kata Tak Punya Makna Apa-apa
Katamu Hanya Suara
Hatimu Tidak Lebih Segumpal Darah Biru Rapuh Terbelenggu
Sikapmu Bermuara Pada Duka Dan Nestapa
Bangkit, Maka Bangkitlah
Mendekatlah,
Padukan Unsur Batinmu
Pancarkan Dan Genggamlah
Bersama Pusar Angin Terbanglah
Lihat, Tengoklah
Lempengan Celah Nafas
Riak Hati Bagian Kiri Paling Kanan
Ada Sehelai Sel Modulasi Sistem
Putih Bersih Mewangi
Pekat Gelap Berkarat
Tidak di Timur dan Tidak Pula di Barat
Adalah Rahasia Yang Mesti Dipecahkan
Langit Masih Sanggup Menggenggam Bebanmu
Mendengar Ceritamu
Tangismu Mengguyur Waktu
Mengalir Sunyi Disepanjang Malam dan Siang Hari
Kabarkan...
Pada Awan, Bintang Gemintang, Matahari dan Rembulan
Diatas Hamparan Tanah Bebatuan
Rukuk dan Sujutlah
Hanya Beriman Kepada Allah
Jalan Satu-satunya
Melepaskan Diri dan Berpasrah pada Segala Kehendak-Nya
Pada Ketiak Bumi
Sisipkan Asa Yang Ada
Senyumlah...
Kini Saatnya Takkan Pernah Lagi Ada Air Mata Sia-sia,
Percuma..................


SIAPA YANG TAU
Oleh VDJ

Siapa yang tau
Kapan kita ada
Dalam rahimnya
Tumbuh dan berkembang

Siapa yang tau
Kapan kita akan hadir
Berkumpul bersama
Menangis dan tartawa

Dan siapa yang tau
Kapan kita harus pergi
Setelah menjalani kehidupan ini
Hanya Dia, Tuhan yang Maha Tau.


NYAMUK YANG RAJIN
Oleh Miftachur Rosyad

Tepatnya pukul 00:31 mungkin juga lebih
Terbangun aku karena sedih
Padahal seharian aku letih
Tak juga aku banyak bertasbih
Hanya banyak kubermimpi
Meski tanpa tradisi ilusi
Kutak melihat tapi bisa mengerti
Malam ini ada yang terjadi
Ya !!! suara ini................
Bukan...bukan suara hati
Bukan pula syair puisi
Apalagi menanti kekasih hati
Mulai kubuka mata ini
Ada yang lama mengintai
Atas bawah kanan dan kiri
Beberapa ekor nyamuk mulai beraksi
Oooh...mereka menyerangku kini
Ingin kupukul sampai mati !!!
Namun mulai kunikmati gigitan ini
Karena kumengerti mereka rajin sekali
Mereka tak kenal letih

UNTAIAN TAKDIR
Oleh Zaenal Arifin

Tatkala sang surya telah tercampakkan..
Desir hawa malam mulai menyapa..
Gundah sang lajang makin bertambah..
Karna kepastian hati perlahan meredup..
Terlalu redup..hingga bayang-bayangpun terlalu takut..

Apakah cinta hanya milik kaum berada..
Sehingga jelata tak ingin menyapa cinta..
Engkau Yang Maha cinta tak pernah menyiratkan..
Bagaimana kelak seorang insan akan berpadu dengan sangat rapat..
Bagaimana akan berjaya dengan sangat kuat..

Andai hati bisa menentukan dan meraba..
Dengan siapa..seberapa jaya ia kelak..
Andai dia tahu...
Pasti tak akan ada orang yang akan menyembahMu.. 
Sombong..angkuh...tak sadar darimana ia bermula..

Semoga kami slalu diberi kepasrahan padaMu..
Pemilik cinta..pemilik takdir yang maha sempurna...
Tak akan berpaling dariMu..
Sampai akhir nafas yang terhembus..


PEMAKAMAN LAUT
Oleh Rachmadiar Perdana

Disela-sela keping-keping kapal karam
Sisa-sisa badai tadi malam
Berserakan mayat-mayat tak bertuan
bergerak-gerak dibuaikan ombak
jasad-jasad tanpa jiwa,
jasad-jasad tanpa nyawa
bergeletakan tanpa makna

Desir ombak bergulung bersuara gemuruh
Seakan menjadi tangis duka haru pilu
Meraung-raung gelisah,
meraung-raung gundah
akan mayat-mayat yang terkapar di atas pasir

Burung-burung camar seakan berduka
berputar-putar di atas lautan
di angkasa yang tinggi dan biru
memimpin prosesi pemakaman ini

Lalu, biarkanlah karang-karang itu menjadi nisan
Nisan yang selamanya akan menandai kematian ini
Kematian yang kita tak tahu kapan akan tiba
dimana akan tiba
dan bagaimana akan tiba

Inilah pemakaman laut
yang tidak mengharukan
namun penuh kesedihan
yang tidak memilukan
namun penuh rasa duka




MEMINTA AMPUN
Oleh Bambang Pramuji

Ku melangkah pada jalan yang semestinya
berjalan dengan bawaan penuh banyak dosa
melangkah diiringi dengan tetesan air mata 
setiap langkah demi langkah membawa dosa

Ku melangkah pada suatu tempat 
pada suatu tempat yang suci dan indah
tempat umat tuhan yang satu 
tempat dimana manusia bersujud kepada tuhan yang ESA

Ku basuh telapak tangan ini semoga yang aku pegang benar
ku basuh mulut ini semoga omongan selalu terjaga
ku basuh hidung ini semoga apa yang ku cium tak menyakiti
ku basuh muka ini semoga pandangan terjaga dengan baik

Ku basuh tangan ini semoga ayunan tangan kepada jalan yang baik
ku basuh telingga ini semoga terjaga dari pendengaran yang menyesatkan
ku basuh rambut ini semoga menjaga ke sucian dari semua tubuh
ku basuh kaki ini semoga langkah kaki ini kepada jalan yang benar 

Aku menjalani ritual apa yang telah kau ajarkan
besujud dan meminta ampun kepada mu
ku ulangi sujud ku hanya untuk meminta ampun kepada mu
dan berdoa dan meminta ampun kepada mu

Ku harap setelah itu aku bisa kambali seperti bayi
yang suci tanpa ada dosa yang ku bawa
ku harap peyakit hati ini bisa hilang 
yang tak berbekas sama sekali...


YANG ABADI ADALAH
Oleh Suhandi

Kutahu
semua kan berakhir
seperti daun 
di musim kering

Kutahu
semua kan berlalu
seperti kapas
terbakar api

Yang abadi adalah waktu
bila hati kita satu
dalam percaya
dan tak ada ragu

Jalan panjang 
terjal penuh liku
kan mampu kita tempuh
sebab yang abadi
adalah waktu...


DUKAKU TERHAMPAR DI ATAS SAJADAH
Oleh Afif Natsir

Dalam sujud panjangku
kuluahkan segenap duka yg mendera bathinku
melepas segala penat jiwa yang beku

Butiran bening meleleh di kelopak mata sendu
diseling isak tangis yg membahana
menggetarkan dada yg sesak berkabut dosa
hingga usai malam menepis kelam

Detak waktu seakan terhenti
saat kutemukan secercah damai diantara sesak nafas yg kian menderu
mengalirkan kesejukan di setiap aliran darah
membuat detak jantungku seakan terhenti ..

Di atas sajadah biru
kuhamparkan sejuta asa
semoga beban duka segera usai...



GORES HITAM
Oleh Elsa Dewandha

Dahulu aku bagai kertas putih
Jiwaku, pikirku, harapku semua benar-benar putih
Waktupun berjalan
Kini, aku telah tertikam oleh dosa
Aku telah berubah menjadi hitam
Hitam atas dosa.

Dalam sepi, aku melihat merah diantara hitam
Jiwaku seakan marah, bila ragaku menyentuh dosa
Hatiku seakan merah berani menanatang sang Hitam.

Aku bersandar pada Sang Hitam
Ragaku didunia tapi tidak dengan Jiwaku
Bila matahari telah bersembunyi
Wangi kembang seakan menangis
Saat cerita hidupku telah usai
Aku hanya bisa tertunduk.

Sesal kurasakan, 
Mengapa hidupku dulu kulewati dengan gores hutam dosa
Dan kini, aku tak memiliki apapun
Terbalut kain, bertabur dosa
Nyanyian Gagak hitam yang menyayat

Sepi,Hitam,Mencekam
Kini hidup dan ceritaku akan terkubur dalam
Pada asalku hidup
Tanah. Tanah yang gelap...



Tidak ada komentar: